ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT
DOI:
https://doi.org/10.21063/jtm.2013.v3.i2.26-31Kata Kunci:
Pengering, hasil-hasil pertanian, daerah pedesaan, energi listrik, energi suryaAbstrak
Provinsi Sumatera Barat memiliki luas wilayah cukup besar yaitu sekitar 42.297,30 Km 2 (4.297.300 ha), termasuk 375 buah pulau besar dan kecil. Mata pencaharian sebagian besar warga di Provinsi ini adalah sebagai pertani, buruh perkebunan dan nelayan. Diantara hasil dari sektor pertanian/ perkebunan dan perikanan adalah padi, kakao /coklat, kelapa, pisang, kopi, teh, kayu, rotan, karet, dan lain-lain) sementara itu hasil dari sektor perikanan adalah ikan, udang dan lain-lain. Para petani di daerah-daerah terpencil atau pedesaan di Sumatera Barat masih mengeringkan hasil-hasil pertaniannya dengan menggunakan metoda pengeringan tradisional yaitu penjemuran secara langsung di bawah sinaran matahari, karena tidak dapat menggunakan alat pengering nonkovensional yaitu alat pengering yang bersumberkan energi listrik dari PT PLN (Persero), sebab daerah mereka belum dijangkau aliran listrik. Pengeringan tradisional memerlukan waktu yang lama serta menghasilkan kualitas rendah. Tujuan penelitian adalah menciptakan dan menguji alat pengering hasil-hasil pertanian (biji kakao/coklat) yang bersumberkan energi surya, serta membandingkannya dengan metoda tradisional. Efisiensi termal alat pengering maksimum, minimum dan rata-rata, masing-masing diperoleh adalah : 59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas matahari maksimum, minimum dan rata-rata yang diterima alat pengering, masing-masing adalah: 937 Watt/m2 , 395 Watt/m2 , dan 687 Watt/m2 . Pada alat pengering, dengan kapasitas 48 kg biji kakao dan kadar air awal 66% untuk mencapai kadar air akhir 6% dibutuhkan waktu empat hari (18 Jam). Sedangkan menggunakan metoda tradisional, untuk waktu yang sama (18 jam) kadar air akhir hanya dapat dicapai 20%. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan: Efisiensi termal alat pengering berbanding terbalik dengan intensitas matahari dan berbanding lurus dengan laju penguapan air bahan. Alat pengering ini lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan metoda tradisional karena waktu pengeringan singkat.
Referensi
Ajar Pratoto, 1991, Kemungkinan Pemanfaatan Energi Surya Untuk Proses Termal Di Sumatera Barat. Seminar Nasional” Energi dan Iklim”, Universitas Andalas, Padang, 23-24 September 1991.
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. 2009. Data Statistik 2008. Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, Padang.
http://www.bappenas.go.id, 2011, Status lingkungan hidup daerah Provinsi Sumatera Barat.
Surachman H, Fachrudin D, Sutopo, dan Sumarsono M. 2008. Pengembangan dan pengujian kinerja termal pengering lorong hibrid energi surya-biomassa terpadu. J. Sains dan Teknologi Indonesia 10(3) 157- 164.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.